Selasa, 23 Juli 2013

Pada kenyataannya seorang warga negara tertentu yang pergi ke negara lain akan mengalami pancaroba dan banyak dihinggapi kekhawatiran sehingga mengalami apa yang disebut dengan culture shock.


Selasa, 16 Juli 2013

Keberadaan Raflesia (Rafflesia atjehensis) sebagai jenis bunga terbesar di dunia, primata Orangutan Sumatra dan Kedih, pemandian air panas alami, air terjun serta kesejukan hutan hujan tropis menjadi daya tarik wisata di Hutan Wisata Gurah. Lokasi wisata ini berada di Desa Simpur Jaya Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh Tenggara Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Kawasan Hutan Wisata Gurah berjarak 32 km dari Kutacane (ibukota Kabupaten Aceh Tenggara) dengan waktu tempuh selama 45 menit dengan kendaraan umum dari terminal kota dan kendaraan pribadi melalui jalan raya Kutacane – Blangkejeren. Aksesibilitas, lokasi ini sangat mudah dijangkau. Dari kota Medan ke Kutacane dapat dicapai dalam waktu sekitar 6 jam dengan naik angkutan umum jenis minibus L 300 atau Kijang yang banyak tersedia di Jl. Djamin Ginting/Padang Bulan Medan melintasi kota Berastagi – Kabanjahe. Selanjutnya dari Kutacane ke kawasan Hutan Wisata Gurah cukup banyak angkutan umum yang secara rutin melayani rute ini.

Fasilitas yang tersedia di Hutan Wisata Gurah adalah jalan setapak/trail yang terdiri dari beberapa rute yang dapat dilalui oleh wisatawan tanpa perlu didampingi pemandu. Kondisi jalan setapak secara umum dalam kondisi masih cukup baik namun perlu berhati-hati untuk jalur yang menanjak. Fasilitas akomodasi yang tersedia di lokasi wisata berupa sarana penginapan dan restoran seperti guest house, Gurah Bungalow di dalam kawasan hutan dan pondok wisata (cottages) yang terdapat di pemukiman penduduk sekitar kawasan dengan tarif harga murah. Selain itu di Hutan Wisata Gurah ini juga terdapat areal Camping Ground, menara pengamat satwa, papan informasi, rambu petunjuk, shelter, kantin, areal parkir dan toko souvenir.

Fasilitas akomodasi dan konsumsi juga tersedia di pusat kota Kutacane, seperti Hotel Maron, Hotel Lawe Mamas, Wisma Eka Jaya, Wisma Tjut Nyak Dhien, Wisma Jambu Alas, Wisma Rindu Alam, Wisma Ketambe, serta Wisma Mamas. Lokasi ini telah cukup dikenal dan ramai dikunjungi oleh wisatawan nusantara/lokal dan mancanegara.

Curah hujan rata-rata pertahunnya 2.344 mm, dengan suhu rata-rata harian pada siang hari tertinggi 26ºC dan terendah 22ºC. Topografi, memiliki tipe ekosistem dataran tinggi dan pegunungan disamping itu topografi landai (sekitar camping ground) pegunungan yang berbukit dan bergelombang. Aneka tumbuhan dan satwa yang terdapat di lokasi wisata ini berupa kantong semar, cendawan anggrek Hutan, matoa, Jelutung, Kayu Karang dan kayu kapuk, sedangkan fauna yang terdapat dikawasan ini berupa Siamang, beruang madu, kera ekor panjang, beruk, Harimau sumatera, aneka burung dan kupu-kupu. Lokasi ini sangat bagus untuk pengamatan atraksi burung.

Masyarakat setempat umumnya bekerja di sektor pertanian. Beberapa pemuda setempat memanfaatkan waktunya dengan bekerja sebagai pemandu wisata. Pada saat tingkat kunjungan tinggi, memandu wisatawan merupakan pekerjaan utama disamping pekerjaan lainnya. Mayoritas masyarakat sekitarnya adalah suku Gayo.

Sumber Air Panas berada 2 km dari jalan raya Kutacane – Blangkejeren dan dapat dicapai 2 jam dengan berjalan kaki dari Desa Simpur Jaya. Sumber aliran sungai air panas ini berasal dari celah bebatuan di tepi Sungai Gurah. Airnya cukup hangat dan tidak terlalu panas sehingga sangat memungkinkan untuk mandi berendam di dalam air. Lokasi ini juga menarik sebagai lokasi berkemah dan trekking menjelajah hutan. Di sekitar objek air panas ini terdapat bunga langka dan unik yang dikenal dengan nama bunga rafflesia.

Lokasi Camping Ground untuk berkemah ini dekat dengan aliran air panas Sungai Gurah. Dibutuhkan sekitar 45 menit untuk mencapainya dengan berjalan kaki menjelajah hutan. Di lokasi ini terdapat pondok sederhana yang dibangun oleh Balai Besar TNGL. Jika berjalan terus mengikuti arus sungai air panas Lawe Gurah kearah hulu, sekitar 0,5 jam kemudian akan dijumpai lokasi air terjun dengan ketinggian 4 meter. Biasanya lokasi ini dimanfaatkan oleh wisatawan untuk bermalam menikmati suasana alam hutan hujan tropis.

Kegiatan wisata yang dapat dilakukan berupa rekreasi sungai, mengarungi jeram dengan rubber boat, trekking menyingkap rahasia hutan hujan tropis, mengamati atraksi satwa, berkemah di areal camping ground, bermalam di air terjun, mandi air panas alami, dan menyaksikan kesenian budaya lokal yang sangat atraktif. 

Kelemahan dari tempat ini diantaranya adalah sangat minimnya fasilitas-fasilitas pendukung yang ada di tempat ini. Seperti : sarana toilet, tempat peribadatan dan tourist information. Sehingga, banyak para turis yang kebingungan ketika berada di tempat ini. Selain itu pusat fasilitas akomodasi hanya berada di pusat kota Kutacane, seperti Hotel Maron, Hotel Lawe Mamas, Wisma Eka Jaya, Wisma Tjut Nyak Dhien, Wisma Jambu Alas, Wisma Rindu Alam, Wisma Ketambe, serta Wisma Mamas. Selain itu yang paling berbahaya adalah di kawasan ini ada bebebarapa titik yang ternyata mengalami “penggundulan” karena penebangan liar.  Sehingga, bahaya ancaman bencana longsor sering menghantui para wisatawan.



Kawah Putih terletak di daerah Selatan Kota Bandung, berjarak 46 km atau 2,5 jam dari Kota Bandung sampai pintu gerbang menuju lokasi kawah.Daripintu masuk hingga ke kawah jaraknya sekitar 5 km atau bisa ditempuh sekitar 20 menit. Melalui jalan beraspal yang berkelok-kelok dengan pemandangan hutan alam dengan aneka ragam species tanaman

Dilihat dari beberapa sudut pandang lingkungan, sosial dan budaya. Objek wisata kawah putih merupakan satu media dimana ketiga unsur tersebut dapat menjadi satu dan menghasilkan suatu sinergi yang dapat merangsang pembangunan yang berkelanjutan, baik bagi masyarakat maupun lingkungan, dengan berbasis ekowisata. 

A. Ekowisata
Kawah Putih yang berada di puncak gunung patuha yang memiliki ketinggian 2.434 m dpl dengan kisaran suhu 8-22 derajat celcius ini didominasi oleh tanaman hutan hujan tropis selama perjalanan menuju lokasi. Disekitar kawah banyak dijumpai tanaman cantigi dan lemo serta vaccinium sebagai vegetasi khas daerah kawah. Selain itu, terdapat beberapa fauna yang berada disini, seperti elang, monyet, kancil, macan kumbang dan macan tutul. Semenjak dijadikan objek wisata oleh PT. Perhutani Unit III Jabar dan Banten, objek wisata kawah putih banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun wisatawan luar negeri. Kedatangan wisatawan ke tempat ini memiliki dampak positif dan negatif terhadap flora dan fauna yang berada di Kawah Putih.

Salah satu dampak negatif dari kedatangan wisatawan ke objek wisata ini adalah vandalisme. Seperti corat-coret di lokasi wisata, pemetikan tanaman dan perusakan habitat flora dan fauna, serta yang paling miris adalah membuang sampah sembarangan. Hal ini tentu akan menjadi masalah jangka panjang jika tidak segera ditangani oleh pemerintah atau pengelola objek wisata Kawah Putih. Masalah tersebut dapat berupa hilangnya vegetasi khas Kawah Putih serta tanaman hutan hujan tropis lainnya yang merupakan tempat hidup dan sumber makanan bagi beberapa fauna.

B. Etnologi 
Selain sebagai kawasan hutan lindung, PT. Perhutani unit III dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengadakan festival Kawah Putih yang diisi oleh berbagai kesenian tradisional masyarakat sunda seperti Karinding, Celempung, kecapi suling dan angklung  dipaduserasikan dengan prolog legenda Kawah Putih. Hal ini dilakukan untuk merangsang minat wisatawan datang ke objek wisata ini setelah dilakukan penutupan selama 3 bulan. Selain itu bertujuan untuk memperkenalkan kepada wisatawan mengenai kebudayaan sunda. 

C. Ekonomi
Kawah Putih yang telah dibuka sejak tahun 1987 ini memberikan banyak manfaat bagi masyarakat di sekitar objek wisata. Masyarakat yang sehari-harinya berprofesi sebagai petani, saat hari libu atau weekend, beralih profesi menjadi pedagang kaki lima yang menjajakan makanan, minuman serta oleh-oleh khas dari Kawah Putih.

Selain masyarakat sekitar objek wisata yang meraup keuntungan, masyarakat di sepanjang jalan menuju objek wisata pun ikut merasakan untung atas dibukanya objek wisata ini. Masyarakat yang memiliki perkebunan strawbery yang biasanya setiap panen mereka jual ke kota, kali ini mereka membuka usaha dengan memperbolehkan wisatawan untuk langsung datang dan memetik sendiri strawbery yang telah matang.

Bahkan, masyarakat yang berprofesi sebagai supir angkutan kota maupun ojek. Mendapatkan hasil yang lebih dari biasanya. Karena kedua angkutan umum ini merupakan sarana transportasi penting untuk menuju objek wisata ini. Bagi mereka yang tidak memiliki keahlian untuk mengendarai mobil atau memiliki cukup modal untuk menjadi PKL. Mereka memilijh untuk menjadi juru parkir di objek wisata ini.