Keberadaan
Raflesia (Rafflesia atjehensis) sebagai jenis bunga terbesar di dunia, primata
Orangutan Sumatra dan Kedih, pemandian air panas alami, air terjun serta
kesejukan hutan hujan tropis menjadi daya tarik wisata di Hutan Wisata Gurah.
Lokasi wisata ini berada di Desa Simpur Jaya Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh
Tenggara Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Kawasan
Hutan Wisata Gurah berjarak 32 km dari Kutacane (ibukota Kabupaten Aceh
Tenggara) dengan waktu tempuh selama 45 menit dengan kendaraan umum dari
terminal kota dan kendaraan pribadi melalui jalan raya Kutacane – Blangkejeren.
Aksesibilitas, lokasi ini sangat mudah dijangkau. Dari kota Medan ke Kutacane
dapat dicapai dalam waktu sekitar 6 jam dengan naik angkutan umum jenis minibus
L 300 atau Kijang yang banyak tersedia di Jl. Djamin Ginting/Padang Bulan Medan
melintasi kota Berastagi – Kabanjahe. Selanjutnya dari Kutacane ke kawasan
Hutan Wisata Gurah cukup banyak angkutan umum yang secara rutin melayani rute
ini.
Fasilitas yang tersedia di Hutan
Wisata Gurah adalah jalan setapak/trail yang terdiri dari beberapa rute yang
dapat dilalui oleh wisatawan tanpa perlu didampingi pemandu. Kondisi jalan
setapak secara umum dalam kondisi masih cukup baik namun perlu berhati-hati
untuk jalur yang menanjak. Fasilitas akomodasi yang tersedia di lokasi wisata
berupa sarana penginapan dan restoran seperti guest house, Gurah Bungalow di
dalam kawasan hutan dan pondok wisata (cottages) yang terdapat di pemukiman
penduduk sekitar kawasan dengan tarif harga murah. Selain itu di Hutan Wisata
Gurah ini juga terdapat areal Camping Ground, menara pengamat satwa, papan
informasi, rambu petunjuk, shelter, kantin, areal parkir dan toko souvenir.
Fasilitas akomodasi dan konsumsi juga
tersedia di pusat kota Kutacane, seperti Hotel Maron, Hotel Lawe Mamas, Wisma
Eka Jaya, Wisma Tjut Nyak Dhien, Wisma Jambu Alas, Wisma Rindu Alam, Wisma
Ketambe, serta Wisma Mamas. Lokasi ini telah cukup dikenal dan ramai dikunjungi
oleh wisatawan nusantara/lokal dan mancanegara.
Curah hujan rata-rata pertahunnya 2.344
mm, dengan suhu rata-rata harian pada siang hari tertinggi 26ºC dan terendah
22ºC. Topografi, memiliki tipe ekosistem dataran tinggi dan pegunungan
disamping itu topografi landai (sekitar camping ground) pegunungan yang
berbukit dan bergelombang. Aneka tumbuhan dan satwa yang terdapat di lokasi
wisata ini berupa kantong semar, cendawan anggrek Hutan, matoa, Jelutung, Kayu Karang
dan kayu kapuk, sedangkan fauna yang terdapat dikawasan ini berupa Siamang,
beruang madu, kera ekor panjang, beruk, Harimau sumatera, aneka burung dan
kupu-kupu. Lokasi ini sangat bagus untuk pengamatan atraksi burung.
Masyarakat
setempat umumnya bekerja di sektor pertanian. Beberapa pemuda setempat
memanfaatkan waktunya dengan bekerja sebagai pemandu wisata. Pada saat tingkat
kunjungan tinggi, memandu wisatawan merupakan pekerjaan utama disamping
pekerjaan lainnya. Mayoritas masyarakat sekitarnya adalah suku Gayo.
Sumber Air Panas berada 2 km dari jalan
raya Kutacane – Blangkejeren dan dapat dicapai 2 jam dengan berjalan kaki dari
Desa Simpur Jaya. Sumber aliran sungai air panas ini berasal dari celah
bebatuan di tepi Sungai Gurah. Airnya cukup hangat dan tidak terlalu panas
sehingga sangat memungkinkan untuk mandi berendam di dalam air. Lokasi ini juga
menarik sebagai lokasi berkemah dan trekking menjelajah hutan. Di sekitar objek
air panas ini terdapat bunga langka dan unik yang dikenal dengan nama bunga
rafflesia.
Lokasi Camping Ground untuk berkemah ini
dekat dengan aliran air panas Sungai Gurah. Dibutuhkan sekitar 45 menit untuk
mencapainya dengan berjalan kaki menjelajah hutan. Di lokasi ini terdapat
pondok sederhana yang dibangun oleh Balai Besar TNGL. Jika berjalan terus
mengikuti arus sungai air panas Lawe Gurah kearah hulu, sekitar 0,5 jam
kemudian akan dijumpai lokasi air terjun dengan ketinggian 4 meter. Biasanya
lokasi ini dimanfaatkan oleh wisatawan untuk bermalam menikmati suasana alam
hutan hujan tropis.
Kegiatan
wisata yang dapat dilakukan berupa rekreasi sungai, mengarungi jeram dengan
rubber boat, trekking menyingkap rahasia hutan hujan tropis, mengamati atraksi
satwa, berkemah di areal camping ground, bermalam di air terjun, mandi air
panas alami, dan menyaksikan kesenian budaya lokal yang sangat atraktif.
Kelemahan dari tempat ini diantaranya
adalah sangat minimnya fasilitas-fasilitas pendukung yang ada di tempat ini.
Seperti : sarana toilet, tempat peribadatan dan tourist information. Sehingga,
banyak para turis yang kebingungan ketika berada di tempat ini. Selain itu
pusat fasilitas akomodasi hanya berada di pusat kota Kutacane, seperti Hotel
Maron, Hotel Lawe Mamas, Wisma Eka Jaya, Wisma Tjut Nyak Dhien, Wisma Jambu
Alas, Wisma Rindu Alam, Wisma Ketambe, serta Wisma Mamas. Selain itu yang
paling berbahaya adalah di kawasan ini ada bebebarapa titik yang ternyata
mengalami “penggundulan” karena penebangan liar. Sehingga, bahaya ancaman bencana longsor
sering menghantui para wisatawan.